LOS FELIDAS

Selasa, 28 April 2009 0 komentar
Los Felidas adalah nama sebuah jalan di ibu kota sebuah
negara di Amerika Selatan, yang terletak di kawasan
terkumuh diseluruh kota. Ada sebuah kisah yang
menyebabkan jalan itu begitu dikenang orang, dan itu
dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu
seorang gadis kecil. Tidak seorang pun yang tahu nama aslinya,
tapi beberapa orang tahu sedikit masa lalunya, yaitu bahwa
ia bukan penduduk asli disitu, melainkan dibawa oleh

suaminya dari kampung halamannya. Seperti kebanyakan
kota besar di dunia ini, kehidupan masyarakat kota terlalu
berat untuk mereka, dan belum setahun mereka di kota itu,
mereka kehabisan seluruh uangnya, dan pada suatu pagi
mereka sadar bahwa mereka tidak tahu dimana mereka
tidur malam nanti dan tidak sepeserpun uang ada dikantong.
Padahal mereka sedang menggendong bayi mereka yang
berumur 1 tahun.

Dalam keadaan panik dan putus asa, mereka berjalan dari
satu jalan ke jalan lainnya, dan akhirnya tiba di sebuah
jalan sepi dimana puing-puing sebuah toko seperti
memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh.
Saat itu angin Desember bertiup kencang,
membawa titik-titik air yang dingin.
Ketika mereka beristirahat dibawah atap toko itu,
sang suami berkata:
"Saya harus meninggalkan kalian sekarang. Saya harus
mendapatkan pekerjaan, apapun, kalau tidak malam nanti
kita akan tidur disini."
Setelah mencium bayinya ia pergi. Dan ia tidak pernah embali.
Tak seorangpun yang tahu pasti kemana pria itu pergi,
tapi beberapa orang seperti melihatnya menumpang kapal
yang menuju ke Afrika. Selama beberapa hari berikutnya
sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan suaminya,
dan bila malam tidur di emperan toko itu.

Pada hari ketiga, ketika mereka sudah kehabisan susu,
orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang kecil,
dan jadilah mereka pengemis di sana selama 6 bulan erikutnya.
Pada suatu hari, tergerak oleh semangat untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ibu itu bangkit
dan memutuskan untuk bekerja. Masalahnya adalah di
mana ia harus menitipkan anaknya, yang kini sudah hampir
2 tahun, dan tampak amat cantik jelita.
Tampaknya tidak ada jalan lain kecuali meninggalkan anak
itu disitu dan berharap agar nasib tidak memperburuk
keadaan mereka. Suatu pagi ia berpesan pada anak gadisnya,
agar ia tidak kemana-mana, tidak ikut siapapun yang
mengajaknya pergi atau menawarkan gula-gula.
Pendek kata, gadis kecil itu tidak boleh berhubungan
dengan siapapun selama ibunya tidak ditempat.
"Dalam beberapa hari mama akan mendapatkan cukup
uang untuk menyewa kamar kecil yang berpintu, dan kita
tidak lagi tidur dengan angin di rambut kita". Gadis itu
mematuhi pesan ibunya dengan penuh kesungguhan.
Maka sang ibu mengatur kotak kardus dimana mereka
tinggal selama 7 bulan agar tampak kosong,
dan membaringkan anaknya dengan hati-hati di dalamnya.
Di sebelahnya ia meletakkan sepotong roti.
Kemudian, dengan mata basah ibu itu menuju kepabrik sepatu,
di mana ia bekerja sebagai pemotong kulit.
Begitulah kehidupan mereka selama beberapa hari,
hingga di kantong sang Ibu kini terdapat cukup uang untuk
menyewa sebuah kamar berpintu di daerah kumuh.
Dengan suka cita ia menuju ke penginapan orang-orang
miskin itu, dan membayar uang muka sewa kamarnya.

Tapi siang itu juga sepasang suami istri pengemis yang
moralnya amat rendah menculik gadis cilik itu dengan paksa,
dan membawanya sejauh 300 kilometer ke pusat kota.
Di situ mereka mendandani gadis cilik itu dengan baju baru,
membedaki wajahnya, menyisir rambutnya dan membawanya
ke sebuah rumah mewah dipusat kota. Di situ gadis cilik itu dijual.
Pembelinya adalah pasangan suami istri dokter yang kaya,
yang tidak pernah bisa punya anak sendiri walaupun
mereka telah menikah selama 18 tahun. Mereka memberi
nama anak gadis itu Serrafona, dan mereka
memanjakannya dengan amat sangat. Di tengah-tengah
kemewahan istana itulah gadis kecil itu tumbuh dewasa.
Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti
merangkai bunga, menulis puisi dan bermain piano.
Ia bergabung dengan kalangan-kalangan kelas atas,
dan mengendarai Mercedes Benz kemanapun ia pergi.
Satu hal yang baru terjadi menyusul hal lainnya, dan bumi
terus berputar tanpa kenal istirahat.

Pada umurnya yang ke-24, Serrafona dikenal sebagai anak
gadis Gubernur yang amat jelita, yang pandai bermain piano,
yang aktif di gereja, dan yang sedang menyelesaikan gelar
dokternya. Ia adalah figure gadis yang menjadi impian tiap
pemuda, tapi cintanya direbut oleh seorang dokter muda
yang welas asih, yang bernama Geraldo. Setahun setelah
perkawinan mereka, ayahnya wafat, dan Serrafona beserta
suaminya mewarisi beberapa perusahaan dan sebuah
real-estate sebesar 14 hektar yang diisi dengan taman
bunga dan istana yang paling megah di kota itu.
Menjelang hari ulang tahunnya yang ke-27, sesuatu terjadi
yang merubah kehidupan wanita itu.

0 komentar:

Posting Komentar