Bentar lagi bulan Ramadhan nih. Puasa bagi para Muslim yang melaksanakan. Lho emang ada yang engga melaksanakan?? ada lah. Untuk orang sakit yang tidak memungkinkan untuk melakukan puasa tidak di wajibkan untuk puasa, untuk Ibu yang menyusui serta ibu hamil yang di khawatirkan berdampak negatif kepada janinnya,serta wanita yang sedang menstruasi. Mereka di beri kemudahan untuk tidak melaksanankan ibadah ini.
Puasa seyogyanya tidak menjadi beban bagi para pelaksananya. Kenapa di katakan begitu? Karena banyak diantara kita yang berkata "Baru 10 hari puasa" ketika ditanya berapa kali putra/putrinya sudah mampu puasa penuh. Kita seringkali meletakkan kuantitas diatas kualitas,sehingga jumlah 10 hari puasa,dikatakan "baru" bukannya "alhamdulillah sudah 10 hari". Hal ini berdampak buruk kepada perkembangan mental anak terhadap puasa secara khusus dan permasalahan hidup pada umumnya.
Mereka akan selalu berusaha bersikap seolah mereka puasa ketika dihadapan orangtua meskipun beberapa menit sebelumnya mereka menelan air wudhu di mushola. Hanya karena orangtua rajin menghitung berapa hari si anak sudah berpuasa. Hal itu membuat mereka berusaha menjadi anak yang sempurna di hadapan namun sesungguhnya mereka merasa lemah di belakang. Mereka takut karena ketika kelemahan itu di ketahui maka amarah orang tua-lah yang muncul sebagai reaksi. Dan yang lebih buruk lagi adalah ketika orang tua membandingkan dengan anak lain. Baik itu saudaranya atau temannya. Hal ini akan membuat si anak minder dan tidak percaya diri.
Sebaiknya puasa di kenalkan secara perlahan kepada anak. Mungkin di laksanakan hanya sampai dhuhur dulu. Kemudian setelah dirasa mampu, menjadi sampai ashar begitu seterusnya hingga si anak mampu sampai maghrib. Meskipun seharian banyak tidur dan enggan melakukan kegiatan. Ok,tidak mengapa. Karena semua perlu proses dan disamping itu setiap individu memiliki ketahanan yang berbeda. Jangan samakan orang dewasa dengan anak-anak. Kita mungkin mampu tetap bekerja dalam kondisi berpuasa sedang mereka mungkin hanya seharian tidur di kamarnya sambil berharap laju jarum jam menjadi sangat cepat.
Dan ketika mendapati anak sedang meminum air ketika mereka merasa tidak mampu melaksanakan puasa sehari penuh. Jangan di marahi. Tidak mengapa. Setidaknya mereka sudah berusaha. Hanya saja mereka harus lebih baik di esok hari dari pada hari ini,itu yang perlu kita katakan. Dan jangan bandingkan dengan anak manapun.
Semoga kita mampu menjadi orang tua yang bijaksana
Puasa seyogyanya tidak menjadi beban bagi para pelaksananya. Kenapa di katakan begitu? Karena banyak diantara kita yang berkata "Baru 10 hari puasa" ketika ditanya berapa kali putra/putrinya sudah mampu puasa penuh. Kita seringkali meletakkan kuantitas diatas kualitas,sehingga jumlah 10 hari puasa,dikatakan "baru" bukannya "alhamdulillah sudah 10 hari". Hal ini berdampak buruk kepada perkembangan mental anak terhadap puasa secara khusus dan permasalahan hidup pada umumnya.
Mereka akan selalu berusaha bersikap seolah mereka puasa ketika dihadapan orangtua meskipun beberapa menit sebelumnya mereka menelan air wudhu di mushola. Hanya karena orangtua rajin menghitung berapa hari si anak sudah berpuasa. Hal itu membuat mereka berusaha menjadi anak yang sempurna di hadapan namun sesungguhnya mereka merasa lemah di belakang. Mereka takut karena ketika kelemahan itu di ketahui maka amarah orang tua-lah yang muncul sebagai reaksi. Dan yang lebih buruk lagi adalah ketika orang tua membandingkan dengan anak lain. Baik itu saudaranya atau temannya. Hal ini akan membuat si anak minder dan tidak percaya diri.
Sebaiknya puasa di kenalkan secara perlahan kepada anak. Mungkin di laksanakan hanya sampai dhuhur dulu. Kemudian setelah dirasa mampu, menjadi sampai ashar begitu seterusnya hingga si anak mampu sampai maghrib. Meskipun seharian banyak tidur dan enggan melakukan kegiatan. Ok,tidak mengapa. Karena semua perlu proses dan disamping itu setiap individu memiliki ketahanan yang berbeda. Jangan samakan orang dewasa dengan anak-anak. Kita mungkin mampu tetap bekerja dalam kondisi berpuasa sedang mereka mungkin hanya seharian tidur di kamarnya sambil berharap laju jarum jam menjadi sangat cepat.
Dan ketika mendapati anak sedang meminum air ketika mereka merasa tidak mampu melaksanakan puasa sehari penuh. Jangan di marahi. Tidak mengapa. Setidaknya mereka sudah berusaha. Hanya saja mereka harus lebih baik di esok hari dari pada hari ini,itu yang perlu kita katakan. Dan jangan bandingkan dengan anak manapun.
Semoga kita mampu menjadi orang tua yang bijaksana
0 komentar:
Posting Komentar